SAMPANG – Produksi garam rakyat di Sampang tahun ini berpotensi turun. Pemicunya, anomali cuaca berupa kemarau basah sehingga petani tidak bisa memproduksi garam lebih awal. Kini harga garam mahal, tapi petani sudah kehabisan stok.
Fauzan, 49, petani garam asal Kecamatan Pangarengan memprediksi, panen garam tahun ini terlambat. Sebab kemarau basah tidak kunjung selesai. Biasanya, kata dia, April sudah banyak petani memperbaiki tambak.
Tetapi, sampai saat ini belum ada petani yang memperbaiki tambak garam. ”Hujan masih lebat. Makanya petani tidak turun ke tambak garam,” katanya Kamis (6/4). ”Tahun lalu, panen garam harusnya berlangsung pada Juli atau Agustus, tapi molor hingga September. Sepertinya tahun ini akan sama,” imbuhnya.
Kabid Perikanan Budi Daya Dinas Perikanan Sampang Moh. Mahfud mengatakan, keterangan dari BMKG, tahun ini kemarau diprediksi terjadi sejak April–Juni. Puncak kemarau pada Juli–September. Sedangkan dari September–Desember memasuki musim penghujan.
Namun, jelas dia, umumnya petani garam pada Mei mulai memproduksi. ”Tahun ini target produksi garam rakyat meningkat menjadi 300 ribu ton. Tahun sebelumnya 280 ribu ton,” terangnya.
Tahun ini dana dari APBD untuk normalisasi saluran, jalan produksi garam, dan bantuan geoisolator. Perinciannya, untuk normalisasi Rp 100 juta, geoisolator Rp 80 juta, dan infrastruktur Rp 125 juta. Dari APBN juga ada dana untuk pengembangan produksi garam. Total secara keseluruhan Rp 4 miliar, baik bantuan fisik mupun nonfisik.
Sumber : http://radarmadura.jawapos.com
BACA JUGA :
0 komentar:
Posting Komentar