Sampang - Kegiatan belajar mengajar (KBM) di SDN Komis 2 Kecamatan Kedungdung, Sampang, belum bisa berjalan maksimal. Hingga hari ketiga masuk sekolah tahun ajaran 2017-2018 banyak siswa absen. Bahkan, semua siswa baru yang hanya tiga orang juga belum nongol hingga Rabu (19/7).
Pantauan Jawa Pos Radar Madura (JPRM) suasana di ruang kelas satu masih kosong. Sebab, tiga siswa masing-masing bernama Ali Kufron, Vika Auliya, dan Nasura Dinal Ila belum masuk. Padahal, wali murid tiga bocah lima tahunan itu sudah mendaftarkan mereka.
Kelas kotor dan buku-buku berserakan di lantai dan meja. Sebagian bangku dan meja juga terlihat masih menumpuk di belakang. Bagian atas ruangan juga bolong.
”Sudah diberi tahu kalau sekolah itu dimulai Senin (17/7). Tapi sampai sekarang belum ada yang masuk. Ya mungkin masih membeli seragam atau peralatan sekolah yang lain,” kata Mehawi selaku kepala sekolah.
Dia tidak tahu-menahu apa penyebab tiga siswa baru itu belum masuk. Pada saat pendaftaran, orang tua atau wali murid sudah diberikan informasi hari pertama efektif sekolah. Mereka juga diminta segera melengkapi beberapa persyaratan akta kelahiran dan kartu keluarga (KK).
Mehawi yakin beberapa hari ke depan mereka masuk sekolah. Jika tidak, pihak sekolah akan menjemput ke rumah masing-masing. Dia juga yakin jumlah murid baru akan bertambah.
”Biasanya sampai Oktober masih ada siswa yang daftar karena mayoritas anak-anak di desa ini tinggal dengan nenek atau keluarga yang lain. Orang tua mereka merantau. Pendidikan anak kurang diperhatikan,” terangnya.
Kepala Disdik Sampang M. Jupri Riyadi mengaku belum mengetahui kondisi tersebut. Pihaknya belum menerima laporan dari UPT. ”Nanti saya panggil dulu,” janjinya.
Dia meminta pihak sekolah tetap bisa menjalankan kewajiban mengajar. KBM di semua sekolah harus sudah mulai aktif sesuai dengan ketentuan pemerintah. ”Pendidikan di sekolah-sekolah harus tetap berjalan karena tanggung jawab seorang guru yaitu mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujarnya.
Batas pendaftaran peserta didik baru (PPDB) sekolah desa berbeda dengan kota. Sebab, masyarakat desa masih sangat cenderung lambat dalam mendaftarkan anaknya ke sekolah. ”Maksimal hingga Agustus mendatang. Kalau melebihi itu tidak boleh,” terangnya.
Jumlah siswa baru yang tidak sampai pada batas minimal satu rombongan belajar (rombel) juga terjadi di Pamekasan. SDN Dempo Timur II Kecamatan Pasean hanya mendapat sebelas siswa, SDN Dempo Timur I sembilan siswa, dan siswa baru SDN Dempo Barat I sebanyak 15 siswa. Sementara siswa baru SDN Ceguk II, Kecamatan Tlanakan, 17 siswa.
Kabid Dikdas Disdik Pamekasan Prama Jaya mengatakan, data siswa di tiap-tiap SD belum dikalkulasi. Sekolah belum menyetor data tersebut.Pemerintah memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menerima siswa meski KBM tahun ajaran baru sudah berjalan sejak Senin (17/7).
Kebijakan itu berdasar pada beberapa pertimbangan situasi dan kondisi. Kearifan lokal dan wajib belajar (wajar) juga menjadi pertimbangan. Biasanya, kata dia, masyarakat pedesaan tidak mengetahui waktu pendaftaran.
Karena itu, mereka cenderung lambat mendaftarkan anaknya ke sekolah. ”Kalau di perkotaan sudah tertib. Biasanya terjadi di pedesaan. Tapi jumlahnya tidak banyak,” katanya.
Menurut Prama, sekolah yang tidak bisa menjaring siswa sesuai pagu tidak akan mengganggu aktivitas. Berapa pun siswa yang masuk, KBM terus berjalan. ”Tetap jalan saja meski tidak sesuai pagu rombel,” katanya.
Ketua Komisi IV DPRD Pamekasan Mohammad Sahur mengatakan, mutu pendidikan harus ditingkatkan. Jika sekolah berkualitas, masyarakat bakal antusias menyekolahkan anaknya. ”Apalagi Pamekasan dikenal sebagai kota pendidikan,” tandas ketua fraksi PPP DPRD Pamekasan itu.
Sumber : http://www.jawapos.com/radarmadura
BACA JUGA :
0 komentar:
Posting Komentar