PAMEKASAN – Orang Islam terkadang lupa bangun malam untuk salat tahajud dan memperbanyak zikir. Padahal sepertiga malam merupakan waktu tepat bermunajat kepada Allah. Hingga lahir istilah malam lebih afdal dari siang. Itulah salah satu makna tersirat dari kajian Tafsir Yasin Hamami pada hari kelima Ramadan di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Pamekasan.
Matahari cukup terik pada Rabu siang (31/5). Hawa panas terasa di badan. Tetapi cuaca itu tidak membuat santri di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata patah semangat. Meski dalam keadaan lapar dan haus, mereka tetap antusias mengikuti kajian kitab Tafsir Yasin Hamami karya Syekh Hamami Zada yang diampu Ustad Khairi Ahmad.
Kajian itu dimulai pukul 13.00 hingga pukul 14.30. Bukan hanya santri yang bermukim yang mengikuti kajian kitab Tafsir Yasin. Ada pula para alumni atau masyarakat umum yang sengaja ingin mendalami ilmu keagamaan. Termasuk Jawa Pos Radar Madura juga menjadi santri di pesantren yang terletak di Desa Panaan, Kecamatan Palengaan, Pamekasan itu.
Untuk diketahui, Yasin dalam Alquran termasuk golongan surat-surat Makkiyah. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menegaskan, Yasin merupakan salah satu surat yang keseluruhan ayatnya turun di Makkah sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Meskipun ada pula riwayat sahih yang menyebut bahwa ayat ke-12 Surat Yasin turun di Madinah berkaitan dengan keinginan Bani Salamah meninggalkan tempat tinggal mereka menuju Masjid Nabawi. Tetapi menurut Quraish Shihab, tidak berarti ayat itu turun di Madinah. Nabi hanya menyampaikan kandungan ayat tersebut di Madinah, namun tidak disebutkan ayat tersebut turun pada waktu itu.
Tafsir Yasin Hamami merupakan kitab yang mengkaji secara detail ayat demi ayat yang terkandung dalam Yasin. Pada kajian Rabu lalu yang dibahas yakni dari ayat 37 hingga ayat 46. Secara gamblang, Ustad Khairi Ahmad menjelaskan ayat demi ayat serta tafsir perspektif Syekh Hamami Zada.
Secara harfiyah, ayat 37 Surat Yasin bermakna: ”dan satu tanda bagi mereka adalah malam, kami menanggalkan darinya siang, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan”. Ayat ini sekaligus menjelaskan tentang hakikat dasar alam semesta. Bahwa pada dasarnya bumi adalah gelap. Malam merupakan hakikat asal ciptaan.
Karena itulah malam hari menjadi waktu yang sangat istimewa. Banyak peristiwa-peristiwa besar terjadi di malam hari. Misalnya peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad juga terjadi di malam hari. Suatu peristiwa yang menjadi titik revolusi spiritual bagi Nabi Muhammad.
”Dikatakan bahwa malam lebih afdal atau lebih baik dari siang hari,” ujar Khairi Ahmad mengutip pendapat Hamami Zada. Khairi menambahkan, di malam hari ada saat di mana setiap doa pasti dikabulkan. Sebab setiap sepertiga malam malaikat senantiasa turun ke langit bumi.
Malaikat itu berkata pada seisi bumi sembari menanyakan, adakah dari sahabat-sahabatku yang punya keinginan. Saat inilah, kata malaikat itu, waktu yang tepat untuk memanjatkan doa karena pasti terkabul. ”Rasulullah bersabda bahwa bangun malam merupakan tradisi dari orang-orang saleh terdahulu,” jelas Khairi. Hadis ini tertuang dalam Tafsir Yasin Hamami halaman 13 dan merupakan penjelasan dari ayat 37.
Lebih jauh dijelaskan, setidaknya ada dua manfaat bagi umat Islam yang membiasakan diri bangun malam. Pertama, bangun malam dengan diisi tahajud dan zikir dapat mendekatkan diri kepada Allah. Kedua, bangun malam penting untuk meminta ampunan agar dosa-dosa diampuni.
Rasulullah sering mencontohkan tentang pentingnya bangun malam. Dalam riwayat hadis, sebagaimana dikutip Syekh Hamami Zada, disebutkan bahwa Rasulullah melaksanakan salat tahajud hingga kakinya bengkak. Hal itu terjadi karena begitu panjangnya salat malam yang dilakukan Nabi Muhammad.
Melihat kaki rasulullah bengkak, lanjut Khairi, kemudian datanglah seorang sahabat dan bertanya kepada nabi. Sahabat itu heran karena Rasulullah sudah diampuni segala dosa, baik yang terdahulu maupun yang akan datang. Sahabat itu mempertanyakan, kenapa Rasulullah masih beribadah sepanjang malam?
”Rasulullah menjawab bahwa ibadah-ibadah itu merupakan bentuk dari rasa syukur beliau atas nikmat yang telah diterima dari Allah,” papar Khairi. Dalam kitab Tafsir Yasin Hamami dijelaskan, amatlah rugi umat Islam yang menyia-nyiakan waktu malam. Sebab ketika hampir kiamat nanti, hanya ahli ibadah yang sering bangun malamlah yang akan mengetahui tanda-tandanya akhir zaman.
Dijelaskan, menjelang kiamat nanti, selama sehari penuh matahari tidak terbit. Orang-orang yang tidak terbiasa bangun malam tidak akan menyadari hal itu. Tetapi para ahli tahajud akan sadar, karena mereka senantiasa memanfaatkan sepertiga malam untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Saat itu, papar Khairi, orang yang bertahajud akan keluar melihat ke langit. Di lihatnya bintang belum bergeser dan fajar tak kunjung terbit. Awalnya dia merasa bahwa ibadahnya malam itu kurang panjang. Kemudian dia kembali membaca zikir malam.
Tetapi setelah keluar lagi, ternyata bintang yang sama masih bertengger di angkasa. Fajar yang ditunggu-tunggu tak juga datang. ”Hingga akhirnya dia sadar bahwa pada saat itu matahari tidak terbit,” katanya.
Setelah matahari tidak terbit selama sehari penuh, kemudian matahari itu akan muncul di barat. Matahari yang terbit dari arah barat itu tidak tenggelam di arah timur. Melainkan setelah di pertengahan bumi, matahari kembali bergeser dan tenggelam di barat.
”Seluruh penduduk bumi menangis menyaksikan kejadian itu. Mereka menyesal atas dosa-dosa yang dilakukan. Tetapi tangisan dan penyesalan itu sia-sia karena pintu taubat sudah ditutup,” tambahnya.
Itulah sebagian dari intisari ngaji Tafsir Yasin Hamami di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata. Kitab ini bukan satu-satunya yang dikaji selama Ramadan di pondok tersebut. Ada kitab-kitab lain dan kegiatan kursus yang juga digelar di salah satu pesantren terbesar di Pamekasan ini.
Wakil Ketua Pengurus Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Abdullah memaparkan bahwa kegiatan Ramadan dibagi menjadi dua. Yakni, kursus dan khataman kitab. Ada beberapa kursus yang digelar. Seperti kursus baca kitab kuning, kursus bahasa Arab dan bahasa Inggris, serta kursus qiro’ah.
Untuk kajian kitab, ada sembilan kitab yang dihatamkan selama Ramadan. Mulai dari kitab Tafsir Jalalain juz 1 dan 2, Tafsir Yasin Hamami, Fathul Qorib, Sarah Jurmiyah, Nurudh Dhalam dan lainnya. ”Kegiatan di sini digelar mulai pagi hingga malam,” tukasnya.
Sumber : http://radarmadura.jawapos.com
BACA JUGA :
0 komentar:
Posting Komentar