BANGKALAN – Sahur...sahur... sahuuuurrr.
Masih terngiang bunyi pelantang dari Masjid Jamik Al-Ikhlas. Jarum jam menunjukkan pukul 03.40 saat Jawa Pos Radar Madura berada di Desa Campor, Kecamatan Geger, Bangkalan, itu.
Tak lama kemudian, suara dari pelantang itu berubah. Kini, giliran pengantar azan subuh. Sejumlah warga berbaju koko datang ke masjid pinggir jalan. Kali pertama mereka menuju sudut masjid. Berwudu sebelum menghadap Sang Pencipta.
Pukul 04.15 azan Subuh berkumandang. Ayam juga mulai berkokok. Secara teratur, jamaah meluruskan saf. Dimulailah salat fardu dua rakaat hari itu.
Usai salat, seorang pemuda memegang buku. Dia bergegas mengambil tempat di bagian depan saf. Pembicaraan dimulai dengan salam. Jamaah kuliah tujuh menit (kultum) rutin selama bulan puasa. Pengisi acara para pemuda. Para pendengarnya warga lintas usia.
Pengisi kultum sudah terjadwal setiap hari. Masyarakat sekitar menerima aktivitas mereka. Tidak merendahkan tingkat keilmuan mereka meski masih muda.
Materi kultum pagi itu membahas tentang jejak Rasulullah. Usai kultum, warga meninggalkan masjid. Tapi, tidak bagi para pemuda. Mereka kembali duduk melingkar. Kali ini Alquran yang disiapkan. Secara terpimpin jamaah pemuda dengan tampang berbeda ini membaca surat Yasin bersama.
Matahari mulai menunjukkan sinarnya di ufuk timur. Namun para pemuda ini tak kunjung beranjak dari masjid. Setelah membaca surat Yasin, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi ringan. Yakni, membahas hambatan yang dialami dalam melaksanakan ibadah. Ada sekitar 17 pemuda pagi itu.
Tidak semua pemuda berkumpul. Ada yang berhalangan hadir. Jika tidak hadir dalam satu sesi kegiatan rutin, harus membaca surat Yasin sekali. Perkumpulan dan aktivitas pemuda ini tidak punya nama.
Ardiansyah, 24, seorang pemuda menyebutkan ada lima kegiatan jamaah setiap hari. Yaitu, salat tahajud, Subuh, kultum, membaca surat Yasin, dan salat Duha. Itu menjadi kesepakatan. ”Ada yang mantan pengguna narkoba, balap liar, dan mabuk-mabukan. Kebanyakan yang lain lupa atau jarang untuk beribadah sebelumnya,” ujar Ardi menjelasakan latar belakang jamaah.
Ardilah yang rutin mengajak pemuda lain untuk beribadah. Diutamakan beribadah jamaah. Kegiatan ini sudah berlangsung sekitar dua tahun. Bukan perkara mudah mengajak mereka ke masjid. Butuh waktu dan pendekatan emosional agar bisa diterima.
Hingga saat ini diakui sesekali masih terlihat gelagat mereka. Hanya, beberapa pemuda mulai sadar. Sejumlah pemuda desa lain juga belum bisa mengikuti langkah mereka.
”Kami terus mencoba. Memang belum ada yang sembuh sepenuhnya dari aktivitasnya terdahulu. Kadang dari jamaah ini masih ada yang suka ikut balap liar,” ucapnya.
Sumber : http://radarmadura.jawapos.com
BACA JUGA :
0 komentar:
Posting Komentar